Jumat, 13 Januari 2012

TIKUS JUGA BANYAK GUNANYA DI INDONESIA

Nasche Ammad
TIKUS JUGA BANYAK GUNANYA DI INDONESIA

Tikus yang selama ini menjadi salah satu musuh bebuyutan petani khususnya pada areal sawah siap panen ternyata lain halnya dengan petani di kecamatan Cempa kabupaten Pinrang. Anas (40), salah seorang petani dari daerah ini berhasil menemukan jalan keluar dari permasalahan tikus ini. Kalau selama ini dirinya dan petani lainnya menangkap tikus dan bangkainya cuma dibuang begitu saja, namun sejak tahun 2005 ia berhasil memanfaatkan dan mengolah bangkai tikus menjadi pupuk kompos cair.

Pengetahuan ini ia dapatkan tanpa sengaja saat membuang bangkai-bangkai tikus ke areal persawahannya dan ternyata bangkai itu membantu menyuburkan tanah persawahannya. Sejak saat itu, ia mulai mencari cara untuk mengolah bangkai tikus ini agar bisa menjadi pupuk kompos. Metode awalnya, ia menggunakan drum sebagai alat menampung tikus yang kemudian melalui proses permentasi selama tiga bulan untuk memisahkan tulang dan dagingnya serta bau bangkai yang menyengat. Air sari dari daging yang membusuk inilah yang kemudian disaring dan dijadikan pupuk kompos cair untuk disiramkan ke areal persawahan.

Sejak april 2011, Anas berhasil mengembangkan penemuannya ini dengan tidak menggunakan drum lagi sebaga wadahi penampungan dan pengolahan bangkai dalam masa permentasi tetapi mengganti wadahnya dengan bak (dari bata yang direkatkan dengan campuran semn dan pasir) yang diberi kran pembuangan pada bagian bawahnya. Keunggulan sistem bak ini, bau bangkai berhasil diredam dan air sarinya bisa lebih mudah diambil melalui kran. Dari segi kualitas hasil, pupuk kompos cair ini dibagi dalam dua kelas. Jenis kelas satu, air sari bangkai ini tidak dicampur dengan air sehingga efek menyuburkannya lebih baik dibanding jenis kelas dua yang dicampur dengan air. Untuk komposisi produksi, 100 ekor tikus menghasilkan 10 liter pupuk kompos cair jenis kelas satu.


Tidak ada komentar: